Pages

Essay for Pre-OPPEK :)


Aku, Diriku, dan Mahasiswa

Nurul Khotimah, itu adalah nama lengkapku. Aku terlahir di sebuah keluarga yang sangat harmonis, menurutku. Aku terlahir menjadi seorang anak perempuan satu-satunya dan seorang anak bungsu. Hal itu mungkin yang membuatku menjadi sesosok orang yang sedikit manja, lebih tepatnya ketergantungan kepada orang tuaku. Namun semakin bertambah usiaku, semakin besar pula tekadku untuk menjadi dewasa. Ya, menjadi sesosok orang yang mandiri, yang tidak ketergantungan kepada orang tuaku.
Dan aku seperti orang pada umumnya, mempunyai mimpi, cita-cita, dan angan-angan yang tinggi. Salah satu cita-citaku adalah meneruskan jenjang pendidikanku. Ya, menjadi seorang mahasiswa. Mungkin memang cita-citaku ini cukuplah klise atau bisa dibilang sama seperti orang-orang kebanyakan. Namun yang membuatku berbeda dengan yang lainnya adalah impian dan cita-citaku menjadi seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran.
Dalam benakku sempat terbesit sebuah kecemasan akankah aku bisa menjadi mahasiswa yang sangat aku idam-idamkan itu. Namun aku tepiskan itu semua. Aku harus yakin bahwa aku dapat meraih impianku itu. Banyak halangan dan rintangan, bahkan pengorbanan yang harus aku hadapi demi mewujudkan cita-citaku menjadi seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran. Namun, aku tak pernah merasa terbebani bahkan jenuh menghadapinya, mungkin karena ini merupakan keinginanku sesungguhnya.
Tahap demi tahap aku lewati. Kenyataan pahit pun aku harus lalui dengan sabar. Teringat saat itu aku tidak diterima oleh Fakultas Kedokteran di berbagai universitas. Dari mulai jalur PMDK (Penyaluran Minat dan Kemampuan) sampai jalur khusus. Awalnya, aku mengikuti sebuah jalur PMDK di salah satu universitas swasta. Saat itu, aku harus mendapatkan kenyataan pahit. Aku tidak diterima dalam seleksi itu. Ya, aku gagal. Padahal aku hanya harus melewati fase terakhir dalam jalur itu. Saat itu aku sangat kecewa, bisa dibilang menyalahkan nasib burukku. Namun mau tak mau harus aku terima semuanya, mungkin ada sebuah rencana yang lebih indah.
Entah mengapa walaupun aku berusaha meyakinkan diri bahwa akan ada suatu rencana indah, aku tetap saja merasa trauma dan tak ingin mengikuti seleksi jalur itu. Ya, mungkin aku tergolong orang yang bermental tempe. Sampai akhirnya sebuah jalur terbaru penerimaan mahasiswa baru diberikan. Aku memutuskan untuk melanjutkan perjuanganku. Perjuanganku tak boleh berhenti di situ, aku masih harus berusaha untuk menggapai mimpiku.
Kenyataan pahit lagi-lagi harus menyapaku. Aku diumumkan tidak diterima di Fakultas Kedokteran di dua universitas yang berbeda. Ya, menelan sebuah kenyataan pahit. Mungkin aku memang masih harus bersabar. Akhirnya, seleksi demi seleksi aku tempuh dan semuanya itu lagi-lagi adalah berita buruk. Aku tidak lulus seleksi. Miris, ya bisa dibilang keadaanku sangat miris. Tragis.
Kesempatanku terakhir, mengikuti seleksi khusus. Awalnya aku sempat menolak untuk mengikutinya, namun orang tuaku terus-menerus membujukku untuk mengikutinya. Akhirnya, aku bulatkan tekad. Aku meyakinkan diriku untuk mengikuti seleksi ini. Dan akhirnya, sebuah penantian panjang yang berakhir bahagia. Saat itu aku menangis bahagia, tak mengira bahwa aku akan lulus seleksi itu. Sebuah penantian panjang yang akhirnya mengantarkanku menuju cita-cita dan anganku untuk menjadi seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran.
Sekarang, cita-cita dan anganku menjadi kenyataan. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Sebuah kesempatan yang belum tentu orang lain mendapatkannya. Aku tak akan pantang menyerah terus-menerus menimba ilmu, menambah wawasan dan pengetahuanku, seperti gelas yang ingin terus-menerus diisi oleh air. Sebagai seorang mahasiswa, aku ingin membagikan semua pengetahuan dan wawasan yang kuketahui kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya membantu masyarakat yang memang membutuhkan bantuan medis.
Sebagai seorang manusia, tentu aku memiliki sebuah harapan. Harapan membuncah yang sangat ingin aku wujudkan. Dan harapanku saat ini menyelesaikan pendidikan dokterku dengan tepat waktu dan dengan nilai IPK yang memuaskan. Semoga itu tak hanya menjadi sebuah harapan kosong namun dapat terwujud.

My Last Day in Cirebon T.T

Barang-barang gue udah selesai di-pack. Itu artinya enggak akan lama lagi gue harus ninggalin kota tercinta ini, kota Cirebon. Dan itu artinya, malem ini adalah malem terakhir gue di sini. Dan besok malem, mungkin gue udah ada di asrama gue. Ya, tempat yang bakalan jadi rumah kedua buat gue. Berat ninggalin semuanya di sini. Semuanya. Dari mulai orang tua gue, kakak-kakak gue, keluarga gue, sahabat-sahabat gue, temen-temen gue, orang-orang yang gue kenal, kenangan gue, rumah gue, kamar gue, bahkan tempat tidur gue. But I have to go, really have to go. This is my decision, to reach my ambition. But it’s really hard when I have to leave it.

Seandainya gue boleh minta, gue pengen banget di malam terakhir gue ini, gue bisa melukin orang-orang yang gue sayang dan special di hidup gue. Gue pengen meluk mereka satu per satu, sebelum jarak bener-bener misahin gue dan mereka. And I hope, distance can separate our bodies not our hearts. In the deepest and the bottom of my heart, I really miss you. Nothing can change all of your places in my heart. Please still be my special person, the person who I can hold on, the important person for me.

For my beloved parents :
Bener-bener enggak nyangka gue mesti ninggalin orang yang sangat berarti dan berjasa di hidup gue. Berat banget buat gue. Gue kebiasaan ketergantungan sama orang tua gue, tapi sekarang? Gue harus ngelakuin semuanya sendiri, harus jadi orang yang mandiri. Ya Allah, enggak kebayang betapa homesick-nya gue. Semoga gue masih bisa ngejaga diri gue, dan yang terpenting jaga kesehatan gue. Semoga. I’m gonna miss you, Mom, Dad. I wanna hold you tight, right now T.T ♥
--
For my lovely brothers :
Gue kalo dibilang sebel, gue emang sebel sama mereka. Tapi gue sayang, sayaaaaaaaaaaang banget. Enggak ada yang bisa gantiin mereka di hidup gue. Walaupun mereka kadang suka ngisengin gue tapi jujur itu yang bakalan gue kangenin. Mereka selalu ada buat gue, selalu nemenin gue, selalu perhatian ke gue walaupun dengan cara yang agak enggak lazim hehee. But, I love them. Really ♥
--
For my beloved sisters a.k.a. my sisters :
Berat buat ninggalin mereka. Mereka semua sosok-sosok yang enggak akan bisa tergantikan di hidup gue. Susah-seneng-bahagia-sedih-ceria-tangis, semua kita laluin bareng. Enggak akan pernah gue lupain semua kenangan kita. Semua motivasi kalian buat gue semangat, buat gue ngerti apa tujuan gue hidup di dunia ini. Thanks for your motivation and spirit. Thanks for sweet friendship ♥
--
For my friends, called Metagenesis :
Gue enggak pernah nyangka punya temen-temen sedahsyat kalian. Enggak pernah nyangka punya temen-temen yang bener-bener ngasih warna di hidup gue. Beruntungnya gue pernah kenal kalian. Cerita bareng kalian bakalan jadi cerita manis yang enggak akan bosen-bosennya gue kenang sampe kapanpun. Terima kasih untuk semua kenangan yang kalian buat, susah-senang-sedih-bahagia-canda-tawa, semuanya terekam manis di otak gue. Terima kasih untuk kenangan indah tiada tara ini ♥
--
For my teachers :
Terima kasih buat guru gue, entah waktu gue TK, SD, SMP, SMA, pokonya buat semua guru gue. Semua pengabdian mereka bener-bener berarti di hidup gue. Gue akan selalu inget jasa mereka. Insya Allah, gue juga akan mengamalkan ilmu gue dengan sebaik-baiknya. Amin ♥
--
For all people who I know :
Mungkin ada yang dari kalian belum terlalu kenal gue dan cuma sekedar tau gue. Tapi percaya atau enggak, kalian udah ngasih kenangan-kenangan tersirat di hidup gue. Dan buat orang yang tau dan kenal gue dengan baik, kenangan gue sama kalian enggak akan pernah gue lupain. Dan mungkin janji antara gue dan kalian, insya Allah bakalan gue inget dan tepatin. Gue enggak mau jadi kacang yang lupa akan kulitnya. Selama ingetan gue masih baik, gue insya Allah akan terus inget kalian, meskipun gue bukan orang yang penting di hidup kalian. Terima kasih untuk semua kenangan yang penuh terukir di hidup gue ♥
--
Kalo semua gue tulis di blog ini, mungkin enggak akan cukup. Masih banyak hal yang pengen gue bilang ke semuanya. Enggak cukup juga kata-kata ngejabarin semua rasa yang ada di dalem dada gue. Enggak cukup juga kata-kata ngejabarin semua kenangan yang ada di hidup gue. Sampai kapanpun, gue bakalan inget kalian. I’m gonna miss all of you. Really miss you *tearsdrop


P.S. :
Untungnya, pas sore tadi gue sempet ketemu sama beberapa orang yang mungkin dan pasti akan gue rinduin. Meskipun enggak lama, tapi menurut gue itu lebih dari cukup. Cukup ngeliat semua muka mereka secara langsung di hadapan gue. Alhamdulillah :)

Takut Kehilangan = Sayang, is it true?

Gue sering banget ngalamin kejadian yang kaya gini. Saat gue ngerasa sepi, sendiri, ada seseorang yang tiba-tiba dateng ke hidup gue. Tapi enggak lama kemudian, tiba-tiba dia ngilang tanpa jejak, tanpa bekas. Seperti ditelan bumi, enggak tau di mana keberadaannya.
---
Perasaan yang aneh seketika muncul di dalem diri gue. Gue bingung apa yang gue rasa, perasaan kehilangan atau apakah perasaan yang lebih dari itu? Perasaan sayang. Sampe sekarang, gue masih bingung apa yang gue rasain. Perasaan sayang? Masa iya sayang? Dalam waktu yang enggak lama, apa iya masih bisa dibilang sayang? Ataukah hanya sebatas kehilangan? Lebih tepatnya takut kehilangan dia di hidup gue. Enggak bisa nerima kejadian yang tiba-tiba berubah seketika, enggak bisa nerima kenyataan kalo seseorang yang care sama gue tiba-tiba ngilang gitu aja. Enggak bisa. Gue enggak bisa. Gue takut kehilangan perhatian dia, gue takut enggak bisa nemuin sosok kaya dia lagi di hidup gue, gue takut!
---
Gue takut terkurung dalam kesendirian lagi, gue takut enggak ada lagi orang yang mau ngehibur gue, gue takut enggak ada orang yang mau dengerin cerita gue lagi, gue takut enggak ada orang yang mau nyemangatin gue lagi, gue takut enggak ada yang ngasih perhatian yang ekstra seperti perhatian yang dia kasih ke gue. Gue takut.
---
Antara takut kehilangan dan sayang, mungkin beda tipis. Tapi, apakah bisa perasaan seperti itu disebut sayang? Apa iya gue sayang dia? Apa bisa secepet itu gue sayang sama dia? Mungkinkah?